Pages

Kamis, 26 Januari 2012

Penjual Air Yang Untung Ketika Musim Hujan; Sumur Penuh, Sehari Bisa Layani 20 Tangki

Biasanya, untuk mereka yang menjual air, ataupun melakukan bisnis yang terkait dengan air, pada musim hujan seperti ini, pendapatannya akan menurun. Namun tidaklah terjadi pada beberapa penjual air yang di sekitar Kecamatan Kebomas. Bagaimana bisa?

DI Desa Karang Kiring, tepatnya di sekitar kawasan industri Gresik, kita menjumpai beberapa penjual air di pinggir jalan. Airnya didapat dari mengebor sumur di tempat itu. Mereka menjual air-air itu kepada truk-truk pengangkut air, dalam jumlah yang besar. Truk-truk tangki ini cukup berhenti sekitar 15 menit. Di bawah pipa air yang diletakkan di atas sebuah kayu yang tingginya sekitar 1 meter di atas truk-truk itu, maka penjual air tinggal menyalakan tombol. Dan air pun mengucur secara otomatis ke dalam tangki truk itu. Selanjutnya, truk-truk tangki air terisi penuh dan membawa air-air untuk dijual ke pabrik-pabrik yang telah memesannya.

Salah seorang penjaga di tempat penjualan air itu, Muklis (37), mengatakan dirinya pada musim hujan seperti ini bisa melayani 20 truk tangki air. Masingmasing tangki itu isinya sekitar lima ribu liter.

Musim hujan, bagi Muklis merupakan berkah tersendiri. Sebab, di musim hujanlah omsetnya justru mengalami peningkatan. “Kan kalau di musim hujan seperti ini,sumur-sumur pun ada isinya. Lha kalau kemarau sumur menjadi kering,” katanya.

Saat musim kemarau, Muklis mengaku omsetnya mengalami penurunan sangat drastis. Hal itu disebabkan karena sumurnya menjadi kering. “Kalau kering itu apa yang mau dijual?” tanyanya. Saat kemarau datang, Muklis mengaku dirinya hanya mampu menjual maksimal 6 tangki sehari.

Bahkan, Muklis mengaku tak hanya hanya keuntungannya yang menurun, tapi juga sering mengalami kerugian bila musim kemarau datang.


Courtessy: Radar Surabaya 27 Januari 2012

“Kadang uangnya habis cuma buat beli solar saja Rp 50 ribu,” terangnya. Harga yang dipatok Muklis untuk menjual air sumur sebenarnya cukup murah. Hanya mematok Rp 12 ribu saja untuk tangki air berkapasitas 5000 liter. “Kalau sehari total bersihnya bisa mendapatkan Rp 100 ribu,” ujarnya.

Muklis mengatakan ia selama ini juga harus membayarkan sejumlah uang kepada pihak pemkab, ataupun Dinas Perpajakan kabupaten Gresik. Kepada Dinas Perpajakan setiap tahunnya harus membayar Rp 65 ribu. “Ya supaya saya tidak didatangi satpol PP terus,” tuturnya.

Muklis pernah merasakan usahanya pernah ditutup, lantaran saat itu ia masih belum memiliki izin atas usahanya itu. “Ya awal-awal usaha di sini dulu pernah ditutup, gara-gara belum punya izin,” urainya.

Selain harus membayar kepada Dinas Perpajakan, Muklis mengaku dirinya juga masih harus membayar uang sewa kepada pihak PJKA. Jumlah uang yang harus dibayarkan oleh Muklis kepada PJKA adalah sebesar Rp 300 ribu per tahunnya. “Kan ini tanahnya milik PJKA,” akunya.

Sebenarnya usaha yang dilakukan Muklis ini rawan menyebabkan kerusakan lingkungan. Sebab, penyedotan air sumur yang dilakukannya ataupun pedagang air yang ada di sekitar tempat itu, bisa menyebabkan sumur milik warga lainnya yang ada di sekitarnya menjadi kering.

2 komentar:

  1. wah.., hasil investigasi peno a iki???

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyo rip, gara2 liputan iki aku ngaku jek dadi mahasiswa sing lagi KKN, ben wonge gelem diwawancarai, he he he :D

      Hapus

About

Planet Blog

PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia

Indonesian Blogger