Pages

Jumat, 16 Oktober 2009

Idul Fitri: Momen Awal Untuk Kebangkitan Bangsa

Idul Fitri adalah sebuah hari yang selalu dinantikan oleh semua umat Islam di dunia ini. Dalam hari yang sangat penting ini tersimpan berbagai keistimewaan. Dimana pada momen ini kita akan menjadi kembali menjadi seorang manusia yang akan kembali kepada kesucian hati, karena semua hal – hal negatif yang ada pada diri kita telah dibakar oleh “api suci” bulan Ramdhan. Lalu pada hari Idul Fitri ini, juga dapat dikatakan sebagai hari tersambungnya tali silaturrahim yang telah lama terputus. Karena banyak sekali orang yang sengaja menunggu momen ini untuk mengatakan maaf kepada orang yang pernah dia sakiti ( meskipun itu bisa dilakukan diluar Idul Fitri ).
Namun yang paling penting dari itu semua adalah Idul Fitri haruslah menjadi sebuah momen dalam rangka perbaikan diri menuju pribadi yang lebih baik dan berkualitas. Pribadi yang lebih baik dan berkualitas sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat kita saat ini. Karena seperti yang kita ketahui bersama, bahwa salah satu factor yang menyebabkan bangsa ini terpuruk adalah rendahnya kualitas pribadi para pemimpin negeri ini. Mereka yang memimpin negeri ini bisa dikatakan memiliki integritas yang buruk. Mereka hanya berjuang untuk kepentingan serta keberlangsungan kelompoknya saja. Mungkin yang ada dalam pikiran mereka adalah bagaimana caranya dapat mengalirkan dana yang seharusnya untuk bangsa ini masuk kedalam kantong dan kas mereka sendiri.
Dari sinilah diperlukan adanya regenerasi kepemimpinan di negeri ini. Negeri ini memerlukan sosok – sosok kepempinan yang baru, yang progressif, yang tidak hanya berjuang unutk golongan mereka sendiri. Tentu saja sosok – sosok pemimpin seperti itu tidak akan muncul jika tidak adanya pribadi – pribadi yang berkualitas di negeri ini. Karena tentu saja sukses sebuah bangsa adalah akumulasi dari suksesnya individu.
Oleh karena itulah, dari momen Idul Fitri ini tentu saja kita berharap akan lahirnya jiwa – jiwa baru yang lebih berkualitas. Dari lahirnya jiwa – jiwa yang berkualitas ini diharapkan pula akan semakin menambah refrensi kita untuk memilih para calon pemimpin bangsa ini. Dan diri kita sendiri pun menjadi kandidat dari para calon pemimpin tersebut. Karena seperti apa yang disampaikan oleh Aa’ Gym, bahwa segala sesuatunya haruslah dimulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil, serta dari mulai sekarang juga. Semoga di hari yang penuh fitri itu kita menjadi manusia – manusia yang labih baik lagi. Amin.
Salam Perubahan!!!!!!

UNAIR BHPP: World Clash University

Judul dari tulisan ini bukanlah salah ketik. Memang ada unsur kesengajaan dalam melakukan penulisan tersebut. Judul tersebut sengaja ditulis karena merujuk pada kondisi sebenarnya yang sedang terjadi di kampus tercinta kita ini, UNAIR.
UNAIR memang sedang bersiap menuju BHPP ( Badan Hukum Pendidikan Pemerintah ) pada tahun 2012. Perubahan status ini merupakan sebuah konsekuensi yang harus diambil UNAIR yang diakibatkan oleh adanya UU BHP. Dalam perubahan status itu nantinya UNAIR akan menjadi sebuah kampus yang bertaraf dunia, serta kualitas yang bisa disejajarkan dengan kampus – kampus internasional. Sungguh sebuah prestasi yang luar biasa.
Tentunya menjadi sebuah kebanggaan kita bersama apabila UNAIR benar – benar dapat meraih cita – citanya tersebut. Akan tetapi hal tersebut hanyalah akan menjadi sebuah ilusi dan ironi apabila juga harus disertai dengan pengorbanan yang tidak sedikit pula. Tentunya yang menjadi masalah fundamental dalam masalah ini permasalahan biaya kuliah yang akan ditanggung oleh mahasiswa. Seolah – olah sudah menjadi sebuah hukum alam, apabila menginginkan perbaikan kualitas, maka harus diikuti pula dengan tingginya biaya yang harus dikeluarkan. Apabila UNAIR ingin menjadi sebuah kampus yang berkelas internasional, maka dia harus melakukan pembenahan disana – sini, khususnya dalam hal materi. Tentunya ini akan memakan biaya yang tinggi. Lalu dari mana UNAIR akan mendapatkan biaya tersebut jika dalam perubahan status tersebut, UNAIR akan menjadi sebuah kampus yang otonom, yang dalam pembiayaannya sangat minim sekali subsidi dari pemerintah. Ini menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kita.
Sekali lagi dalam sejarah kita, mahasiswa akan menjadi korban dari kenaikan biaya kuliah ini. Mahasiswalah yang akan menanggung biaya dari impian dan ambisi besar UNAIR ini. Beberapa saat yang lalu pun masalah ini juga sempat meledak menjadi sebuah permasalahan yang mengemuka di UNAIR. Namun masalah ini pun mereda seiring dengan berjalannya waktu. Apabila hal yang seperti ini kita anggap sebagai sesuatu hal yang biasa saja, maka tentunya kedepannya akan menimbulkan sebuah benturan antara tugas suci dari pendidikan itu sendiri, dengan ambisi sesaat yang akan mengorbankan mereka yang seharusnya berhak mengenyam pendidikan itu sendiri. Bisa jadi jual beli bangku kuliah akan kita temui kedepannya di kampus tercinta ini. Dan apabila hal tersebut terjadi, maka bukan tidak mungkin di UNAIR akan terdapat sebuah slogan baru yaitu, “World Clash University”.
Salam Perubahan!!!!!!

Kita ( Mahasiswa ) Adalah Teroris

Dalam setiap masanya pemuda selalu menjadi motor perlawanan terhadap sebuah keadaan mapan yang hanya dimiliki oleh segelintir orang saja. Mereka selalu menjadi serangan pertama dan akhir terhadap sebuah rezim tiran.
Banyak sekali kisah – kisah yang melukiskan heroisme pemuda dalam setiap eranya. Bangsa ini memiliki banyak sekali catatan emas para pemudanya. Kita lihat pada awal abad 20 an, sekumpulan anak muda yang tergabung dalam Sarekat Dagang Islam, berhasil menghimpun kekuatan rakyat dan menyadarkan bangsa ini untuk bangkit dan mandiri secara ekonomi dan lepas dari bayang – bayang ekonomi asing. Hingga akhirnya mereka pulalah yang memiliki peranan dalam Kebangkitan Nasional ( Dalam hal ini bukan Boedi Oetomo yang memiliki peranaan dalam kebangkitan nasional, karena perjuangan Boedi Oetomo hanya bersifat untuk para bangsawan dan Boedi Oetomo juga terlalu fanatic sempit terhadap kesukuan Jawa ). Lalu pada era kemerdekaan ada M. Natsir, Syafrudin Prawiranegara, Tan Malaka, Soekarno, Hatta, dll yang telah mengawal kemerdekaan bangsa ini. Pada akhir era orde lama, terdapat Soe Hok Gie, yang turut andil dalam penumbangan rezim otoriter dan dictator Soekarno ( PKI ). Lalu pada akhir era orde baru, para pemuda juga turut andil dalam penumbangan rezim itu, yang dalam hal ini dimotori oleh KAMMI ( Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia ) dan LMND ( Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi ).
Mereka yang ada dalam catatan sejarah tersebut adalah para pemuda yang selalu berdiri tegak menantang, melawan setiap rezim tiran. Mungkin pada saat ini banyak sekali yang mempertanyakan peranan pemuda, khususnya mahasiswa. Pada saat ini memang tidak terdapat peranan yang terlalu signifikan yang dapat dimainkan oleh pemuda. Mahasiswa terjebak pada dunianya sendiri, dimana pada saat ini mereka hanya nyaman dengan bangku kuliah, ceramah dosen, dan lain sebagainya tanpa adanya tindakan nyata serta gagasan yang cerdas akan perubahan nasib bangsa ini. Mahasiswa pada saat ini hanya mampu mendapatkan IPK 3,75, namun selebihnya apa? Setelah itu mereka sibuk menenteng ijazah, surat lamaran, serta CV hanya untuk memohon sedikit belas kasihan dari para pemilik modal agar tenaga dan gelar mereka sewaktu kuliah diberikan sedikit ruang di perusahaan tersebut.
Ironis memang. Namun memang inilah kenyataan yang sedang terjadi. Pemuda pada saat ini sedang mengalami ketidak percayaan diri. Mereka harus menempatkan posisi mereka pada tempat yang tidak selayaknya untuk mereka. Himpitan ekonomi, mahalnya biaya kuliah dan lain sebagainya membuat mereka kehilangan posisi terhormat tersebut. Mungkin inilah sebuah system yang sengaja dirancang oleh mereka yang menginginkan para pemuda/ mahasiswa di negeri ini selalu berada dalam posisi yang lemah dan tidak berdaya menghadapi kondisi yang seperti ini.
Pemuda pada saat ini memang sedang ditempatkan pada tempat yang kurang bisa mengakomodir ide dan gagasan – gagasan cerdasnya. Terlebih lagi pada saat ini bagi mereka yang memiliki sikap kritis terhadap kondisi bangsa, maka dia akan langsung mendapatkan predikat sebagai provokator ( bagi aktivis kiri ) di kalangan mahasiswa, bahkan mungkin yang paling ekstrem adalah sebutan sebagai seorang “Teroris” ( bagi aktivis mahasiswa Islam ).
Inilah sebuah system yang ada dalam rangka mengkerdilkan gagasan kritis mahasiswa dan pemuda pada saat ini. Sehingga hal ini diharapkan akan membuat takut para mahasiswa atau pemuda tersebut. Akan tetapi pada saat ini yang seharusnya dilakukan oleh kita sebagai mahasiswa adalah bukan lari dari predikat – predikat tersebut. Justru sebaliknya, kita harus membuktikan bahwa kita memanglah seorang provokator atau teroris. Provokator yang akan selalu memprovokasi masyarakat dengan ide – ide brilian kita akan pentingnya sebuah perubahan tatanan masyarakat yang lebih baik. Serta teroris yang akan selalu menteror para penguasa yang tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Maka kedepannya, dengan sendirinya kampus akan menjadi sarang teroris, karena tempat ini akan menjadi kamp latihan para teroris ( pemuda ) tersebut dalam menghadapi permasalahan yang sedang dialami bangsa ini. Dan kedepannya kita akan dengan bangga mengatakan, bahwa kita ( mahasiswa/ pemuda ) adalah “Teroris”.

Kejantanan Mahasiswa

Mahasiswa adalah kelompok dari masyarakat kita yang sangat beruntung. Karena dia menjadi sedikit dari masyarakat kita yang bisa mengenyam pendidikan ke levwl perguruan tinggi. Dia juga seringkali disebut sebagai agent of change. Karena mahasiswa selalu didaulat sebagai salah satu kalangan yang akan menjadi motor dari perubahan bangsa.
Dari masa ke masa mahasiswa selalu saja menjadi motor gerakan perubahan bangsa ini. Mulai dari era colonial, lalu masa dictator Soekarno, era militer Soeharto, hingga era reformasi. Mereka selalu saja berani menyuarakan apa yang menurut idealisme dan gagasannya benar.
Akan tetapi dewasa ini peranan mahasiswa dalam proses transformasi bangsa ini dipertanyakan. Mahasiswa seolah – olah pada saat ini jauh dari peran semula yang seharusnya diembannya. Mereka hanya berada dalam zona nyaman yang berkubang di sekitar bangku kuliah, tumpukan buku – buku tebal, tapi minim tindakan. Inilah yang menjadi PR bersama bagi mahasiswa pada saat ini. Kalaupun ada yang peduli terhadap permasalahan bangsa pada saat ini, tidak jarang dari mahasiswa – mahasiswa tersebut yang ditunggangi oleh berbagai kekuatan partai politik. Sebagian besar mereka yang sering melakukan aksi di jalan – jalan adalah mereka yang memiliki chanel atau link – link ke partai politik tertentu. Dan tentunya agenda yang mereka bawa dalam aksi tersebut lebih sering merupakan agenda titipan dari partai politik tertentu.
Untuk itulah mahasiswa pada saat ini sedang mengalami sebuah tantangan jaman yang sangat berat. Tantangan ini dikatakan sangat berat karena ketika mereka hanya diam tanpa melakukan penyikapan terhadap problematika yang sedang dialami masyarakat, maka mereka akan dianggap sebagai pihak yang tidak tahu berterima kasih kepada negeri ini, karena hanya terkesan diam saja. Akan tetapi jika mereka bergerak, maka pada saat ini sudah sangat jarang sekali ada orang yang percaya terhadap murninya gerakan mahasiswa, karena seolah – olah sudah ada citra dalam masyarakat bahwa gerakan mahasiswa pada saat ini sudah banyak ditumpangi oleh oknum – oknum politisi tertentu.
Mahasiswa harus bisa menunjukkan kemampuannya dalam mengahadpi hal tersebut. Selain mengatasi hal tersebut, mahasiswa juga harus tetap memfokuskan konsentrasinya dalam memecahkan berbagai persoalan yang sedang dihadapi bangsa ini. Sudah saatnya mahasiswa menunjukkan kembali kejantanannya dan keindependenannya, agar dia benar – benar menjadi kalangan problem solver bagi masyarakat.
Salam Perubahan!!!!!!

Membaca Arah Legislatif Indonesia 5 Tahun Ke Depan

Proses pemilihan anggota legislative di negeri ini telah dilaksanakan beberapa bulan yang lalu. Meskipun menuai banyak kontroversi, namun akhirnya para anggota dewan yang baru pun dilantik. Meskipun pada saat ini banyak sekali pihak yang meragukan kinerja para anggota dewan periode 2009 – 2014. Alasan keraguan mereka, mungkin lebih didasarkan pada system pemilu yang diselenggarakan pada tahun ini, dimana lebih menekankan pada kompetisi perolehan suara. Sehingga untuk memenangkan kompetisi tersebut, seringkali seorang calon anggota dewan hanya lebih mengutamakan sisi popularitas semata. Maka mereka yang berada di gedung dewan pada saat ini adalah mereka yang mungkin dari sisi popularitas memang tidak diragukan, akan tetapi dari segi kompetensi masih menjadi pertanyaan bagi semua orang.
Dengan dasar inilah, banyak pihak yang memprediksikan bahwa kedepannya para anggota dewan tersebut tidak akan mampu bekerja optimal, karena ketimpangan komposisi ini. Selain itu, komposisi partai pendukung pemerintah di DPR juga menjadi partai yang mayoritas di gedung dewan itu. Sehingga, kebijakan – kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah pun akan semakin sedikit sekali dikritisi oleh DPR. Hal ini belum lagi jika ditambah dengan terpilihnya Marzuki Alie sebagai ketua DPR yang notabene berasal dari partai Demokrat. Meskipun ketua MPR, Taufik Kiemas pada saat ini berasal dari bukan partai pemenang pemilu, namun banyak pihak yang menyangsikan akan kekonsistenan sikap oposisi dari PDIP. Karena PDIP sendiri pun kedepannya akan diprediksikan akan masuk ke dalam lingkaran koalisi SBY.
Dari sinilah kekhawatiran – khawatiran tersebut mulai muncul. Sehingga bukan suatu hal yang tidak mungkin jika kedepannya DPR mampu ditundukkan oleh pemerintah serta hanya sekedar menjadi alat legitimasi dari berbagai kebijakan pemerintah, seperti halnya era orde baru. Jika pada era orde baru para anggota dewan minim sekali melakukan pengkoreksian terhadap kebijakan orde baru, lantaran tekanan pihak pemerintah terhadap mereka sangatlah kuat, namun pada saat ini DPR tidak dapat melakukan koreksi terhadap kebijakan pemerintah, lantaran kualitas yang sangat timpang diantara mereka sendiri, serta kecerdasan dari pemerintah dalam merangkul semua komponen yang selama ini menjadi pihak oposisi. Sehingga dengan cara ini pemerintah berharap dapat memangkas “lidah” dari anggota DPR agar tidak terlalu tajam dalam mengkritik.
Namun dari sinilah mahasiswa dapat memainkan peranannya secara optimal. Ketika tidak ada lagi kekuatan yang disegani oleh pemerintah, maka mahasiswa harus tampil mengemuka dengan ide dan gagasan – gagasannya dalam mengawal setiap kebijakan yang dikeluarkan di negeri ini. Mungkin kita hanya bisa berharap akan ada banyak sekali kekuatan penekan, termasuk DPR ( yang semoga saja tidak kehilangan kekritisannya ), agar kita bersama – sama dapat mengawal semua kebijakan negeri ini, sehingga negara ini dapat berjalan di rel yang benar dalam mengantarkan rakyatnya menuju masyarakat yang ber-keadilan dan ber- kesejahteraan.


About

Planet Blog

PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia

Indonesian Blogger