Pages

Sabtu, 25 Februari 2012

Lebih Dekat dengan Sanggar Daun Gresik: Selamatkan Lingkungan dengan Kreasi Seni, Lahirkan Prestasi Dunia

Lingkungan yang belakangan ini semakin rusak, membuat sebagian orang berusaha menyelamatkannya. Atau setidaknya ingin mencegah supaya tidak semakin parah. Caranya, ada banyak hal. Salah satunya adalah melalui jalur kesenian.

Courtessy: Radar Surabaya 25 Februari 2012

HAL inilah yang dipilih Sanggar Daun untuk menyelamatkan lingkungan. Sanggar Daun merupakan sebuah sanggar lukis anak yang ada di Gresik, yang memfokuskan pada upaya penyelamatan lingkungan, dengan menggunakan media seni lukis bagi anak-anak.

Koordinator sekaligus pendiri Sanggar Daun, Arik S. Wartono (37), mengatakan dirinya mendirikan sanggar itu pada tahun 2004. Ini diawali rasa keprihatinannya terhadap semakin rusaknya lingkungan hidup yang ada di Indonesia. “Saya ini pada mulanya adalah aktivis lingkungan di Walhi,” akunya.

Meskipun begitu, Arik merasa apa yang dilakukannya selama menjadi aktivis lingkungan masih tidaklah efektif. “Kan kadang kita cuma teriak-teriak, ataupun hanya demo-demo saja Kalau begitu kan namanya itu tidak efektif,” katanya.

Sehingga dari situ, Arik mencari media lain untuk menyuarakan keprihatinannya, dan ia menemukan seni lukis sebagai cara yang bagus sebagai langkah advokasi untuk menyelamatkan lingkungan. “Ya saya juga kan sebenarnya lulusan dari seni rupa, jadi ya agak nyambung,” katanya sambil tersenyum.

Melalui Sanggar Daun, Arik ingin memotong generasi, supaya generasi yang mendatang lebih mencintai lingkungan mereka sendiri. Karena itulah, Arik pun gencar melakukan promosi di sekolah-sekolah, untuk mengajak para siswa lebih mencintai lingkungan, melalui dunia seni lukis.

Dalam memberikan pengajaran kepada para siswanya, Arik lebih memilih mengajak mereka untuk melihat dunia luar, daripada hanya melukis di dalam kelas atau sanggar saja. Sebab, kalau hanya melukis di dalam kelas saja, maka kreatifitas murid menjadi terbatas.

“Nanti anak-anak hanya akan melihat tembok, gurunya, kursi, ataupun mejanya saja. Akibatnya seperti pada saat kita TK dulu, dimana kalau menggambar pemandangan gunung selalu ada jalan, dan matahari,” katanya.

Arik berharap, dengan mengajak para siswanya menggambar di dunia luar, mereka akan bisa lebih mencintai lingkungan dan alam sekitar. “Jadi kalau mereka menggambar pemandangan juga tidak berdasarkan cerita orang-orang saja, tapi langsung di alam,” kata Arik.

Akhirnya, usaha keras yang dilakukan Arik, membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Sanggarnya kini memiliki ratusan siswa untuk menggeluti dunia seni lukis, yang tentunya menggunakan basic kecintaan pada lingkungan dan alam.

Para siswanya sering mengikuti kompetisi melukis yang diadakan dunia internasional, seperti
di Inggris, Jepang. Dan hasilnya, tidak jarang dari mereka tampil sebagai juara. Diantara para siswa Sanggar Daun yang menjadi juara adalah Sabrina Humaira (7) yang menggambar ular tangga, dan menjadi juara pertama Children’s Art Competition of Look&Learn di London. Lalu ada Grandis Vandriana (6), yang menjadi juara 2 dalam IENO- Hikari Association di Jepang.

Bahkan, lanjut Arik, hasil karya para siswanya juga pernah sampai kepada tangan Sekjen PBB Ban Kim Moon. “Saat itu Ban Kim Moon menyatakan rasa kagumnya terhadap seni lukis yang berbasis lingkungan hidup dan alam.”

Selasa, 21 Februari 2012

Warga Cerme Keluhkan Tagihan PDAM Yang Membengkak: Disodori Angka Rp 500 Ribu, Opname 5 Hari di Rumah Sakit

Seorang wanita asal Desa Cerme Kidul Kecamatan Cerme, kemarin mendatangi kantor PDAM kabupaten Gresik, di Kecamatan Kebomas. Wanita itu bernama Nurya Wati. Ada apakah?

Courtessy: Radar Surabaya 22 Februari 2011

NURYA Wati mendatangi kantor PDAM karena merasa dirugikan. Tagihan PDAM membengkak tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Dan akibat tagihan ini, kakaknya harus dirawat di rumah sakit Ibnu Sina Gresik, lantaran kaget.

Kejadian itu bermula ketika bulan Desember tahun 2010, seorang petugas PDAM yang biasa memeriksa meteran datang ke rumah kakaknya Totok Suryadi, untuk menagih
rekening.

Saat itu Totok kaget dengan tagihan yang diterimanya. Sebab, tagihan itu jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Totok merasa ada kejanggalan dalam rekening tagihan itu. menurut Totok, tagihan itu tertukar dengan rekening milik tetangganya. Lantas Totok pun berusaha mengingatkan petugas itu. Namun, petugas dari PDAM itu tetap menyatakan jika tagihan itu memang milik Totok, dan tidak ada yang tertukar.

Totok tidak percaya begitu saja. Sebab, pada bulan-bulan berikutnya, tagihannya tetap saja jauh lebih kecil dari perkiraan pemakaian air di rumahnya. Totok lalu melaporkan kejanggalan itu kepada kantor PDAM cabang Cerme. Tapi, petugas yang ada di kantor tetap mengatakan hal itu memang milik Totok. Meskipun sudah mendapatlkan penjelasan seperti itu, Totok masih tetap tidak menyerah untuk melapor ke kantor itu, setiap bulannya terkait masalah itu.

Masalah baru muncul ketika menginjak bulan November 2011. Saat itu, tagihan rekening Totok tiba-tiba saja menjadi sekitar 90 meter kubik, dengan biaya Rp 500 ribu. Tentu saja Totok merasa kaget dan keberatan dengan hal itu, hingga dia jatuh sakit, dan harus dirawat di rumah
sakit selama 5 hari.

Totok kemudian meminta adiknya Nurya Wati untuk mengklarifikasi itu kepada pihak PDAM. Saat mendatangi kantor PDAM cabang Cerme, Nur justru mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan. Ia diusir dari kantor itu oleh Kepala Cabang PDAM Cerme. "Mereka bilang, katanya saya mau enaknya sendiri. Katanya, kalau tagihannya sedikit saya diam saja, tapi kalau banyak kok protes?" jelas Nurya.

Nurya tidak terima dengan tuduhan itu. Selama ini kakaknya sudah melaporkan semua permasalahan itu. Akhirnya Nurya pun mengadukan masalah itu kepada Dirut PDAM Muhammad di kantornya, kemarin (21/2), bersama para wartawan.

Pada saat akan memasuki kantor PDAM, pihak sekuriti sempat melarang para wartawan untuk masuk, dengan alasan perintah atasan. Namun, setelah salah seorangwartawan menghubungi hp
milik Muhammad, Dirut PDAM itu membolehkan para wartawan masuk. Di dalam kantor PDAM itu, Nurya mengadukan masalahnya.

Menanggapi hal itu, Muhammad hanya berjanji segera menyelesaikan masalah itu. "Saya pastikan nanti, beliau tidak akan dikenakan denda dan akumulasi dari tagihan rekening yang keliru itu. Saya juga akan memberikan peringatan kepada Kepala Kantor Cabang Cerme yang telah berperilaku tidak menyenangkan itu kepada konsumen," kata.

Kamis, 16 Februari 2012

Siswa SMK SGF Bereksperimen Untuk Selamatkan Lingkungan: Membuat Pupuk Kompos Organik, dan Minyak dari Pohon Jarak

Kondisi cuaca dan lingkungan bumi semakin tidak menentu. Perubahan musim, ataupun iklim bisa terjadi sewaktu waktu tanpa bisa diperkirakan. Alam tidak lagi ramah terhadap manusia, yang disebabkan tangan manusia itu sendiri, dan lebih sering disebut dengan global warming. Bagaimana mengatasi hal itu, siswa SKM Semen Gresik menjawabnya.

Courtessy: Radar Surabaya 17 Februari 2012

UNTUK mengurangi berbagai dampak buruk dari global warming, manusia melakukan berbagai usaha untuk lebih mencintai lingkungan hidupnya. Salah satunya seperti yang dilakukan para siswa dari SMK Semen Gresik, yang berusaha membuat pupuk kompos organik, dan minyak dari pohon jarak.

Dengan berbekal mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang mereka dapatkan di sekolah, puluhan pelajar SMK melakukan simulasi pembuatan pupuk kompos organik dan minyak pohon jarak. Eksperimen itu mereka lakukan di kebun percobaan (Buncob) Semen Gresik Foundation (SGF) yang terletak di jalan Kawasan Industri Gresik (KIG), pada Rabu siang (15/02).

Mereka membuat pupuk kompos organik dengan dua model. Yang pertama adalah dengan menggunakan model kompos organik secara semi aerob atau yang lebih dikenal dengan vermentasi. Sedangkan, model yang kedua adalah dengan cara menggunakan tong komposer.

Yang membedakan antara kedua model tersebut adalah terletak pada media yang digunakan, serta lama waktu yang dibutuhkan. Untuk membuat pupuk kompos organik semi aerob hanyalah dibutuhkan waktu 7 hari saja. Sedangkan, apabila kita ingin membuat pupuk kompos organik dengan menggunakan tong komposer, maka waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama, yaitu lebih dari 40 hari.

Dalam percobaan itu, terlihat jika pembuatan pupuk kompos organik tidaklah terlalu sulit, hanya dibutuhkan beberapa peralatan sederhana saja. Diantaranya adalah mesin gilas yang memiliki fungsi untuk memotong- motong sampai halus daun-daun atau sampah organik. Lalu, pipa paralon yang bisa berfungsi sebagai aliran atau saluran udara atau gas. Serta tong yang terbuat
dari karet, dan kedap udara.

Sedangkan untuk bahan-bahan yang dibutuhkan juga terbilang sangat mudah untuk didapatkan. Bahan-bahan itu antara lain adalah beberapa bahan yang sering disebut sebagai sampah organik, seperti dedaunan, kulit buah, sekam, dedek (semacam makanan ternak), ragi, dan blotong atau limbah gula.

Hal itu disampaikan oleh Manager Hortikultura dari SGF Febrina Puspita Sari. Febrina mengatakan, penyebab para petani masih jarang menggunakan pupuk kompos karena minimnya pengetahuan mengenai fungsi dan manfaat dari pupuk kompos.

Rabu, 15 Februari 2012

Valentine Penuh "Berkah"

Ini beberapa fotoku saat Valentine kemarin gan. Bener2 indah deh tuh momen. Valentine tahun ini yang aku kira bakalan bikin galau hatiku, ternyata ndak sama sekali gan. Coz, waktu malem valentine, aku ditelpon ama seseorang, dan diminta datang ke WAPO, terus diajakin makan2 deh. Bener2 mampu menghibur hatiku yang lagi galau. Selain karena lagi galau, waktu itu juga kayake momennya pas banget gan. Coz waktu itu ane lagi bokek gan, jadi masih belum sempat makan malam. Ini fotonya gan, beserta orang2 yang (mungkin) senasib, karena pada saat valentine lagi pada galau semua he he he :D

Tapi sayang banget, yang ada di foto2 ini Cuma cowok2 aja. Untuk kaum hawanya lagi pada ngumpet, ndak mau difoto he he he

Gelas kita Bersulang gan!!!!!!!


Ini masih ada satu lagi fotonya gan...

Selasa, 14 Februari 2012

Cuaca Buruk, Pedagang Tepung Ikan Manyar Hentikan Produksinya: Ikan Impor Bisa Mematikan Usaha Pedagang Kecil

Cuaca buruk yang melanda Gresik akhir-akhir ini, sangat dirasakan sekali oleh sebagian warga Gresik. Selain menyebabkan musibah berupa kerusakan pada fisik bangunan, dan sebagian infrastruktur di Gresik, cuaca buruk juga membawa dampak ekonomi yang begitu terasa bagi sebagian masyarakat Gresik. Seperti apa?


Courtessy: Radar Surabaya 15 Februari 2012

SALAH satunya yang juga merasakan dampak ekonomi akibat adanya cuaca buruk itu adalah para produsen ikan tepung. Para produsen ikan tepung yang ada di Desa Manyarejo Kecamatan
Manyar, merasa sangat dirugikan akibat cuaca buruk yang menimpa daerah mereka.

Pada saat ini mereka terancam gulung tikar alias bangkrut karena sudah lama tidak melakukan aktivitas produksinya. Sudah lebih dari tiga bulan proses produksi mereka terhenti. Akibatnya, mereka menderita kerugian mencapai puluhan juta rupiah.

Buruknya cuaca menyebabkan mereka tidak mendapatkan bahan baku. Hal itu disebabkan, para nelayan yang biasanya mencari ikan sebagai bahan baku, tidak berani melaut hingga menunggu kondisi cuaca kembali kondusif. Dan, imbas dari semua itu, adalah semakin langkanya pasokan ikan di pasaran. Para produsen tepung ikan mengalami kesulitan untuk menjalankan proses produksi.

Salah seorang produsen tepun ikan yang menderita adalah Aziz. Dia merupakan pengusaha tepung ikan. Tepung ikan itu digunakan sebagai bahan pencampur untuk makanan ikan, ataupun makanan ayam. Harga tepung ikan yang diproduksi Aziz adalah harganya mulai dari Rp 3.200 hingga Rp 6.000 per kilogramnya.

Menurut Aziz, perubahan cuaca yang tidak menentu membuat dirinya merugi. Dalam kondisi normal, dirinya bisa mendapatkan baha baku berupa ikan segar mencapai 10 ton sehari. "Tapi, pada saat musim gelombang tinggi, dan angin kencang seperti ini, saya hanya bisa mendapatkan sedikit sekali ikan dari nelayan. Mungkin hanya sekitar 2 sampai 3 ton saja per harinya. Itu juga tidak setiap hari dapatnya," katanya.

Aziz menambahkan, kondisi itu menyebabkan produksi tepung ikan miliknya mengalami penurunan lebih dari 80 persen. "Terlebih sekarang kan banyak juga ikan impor yang masuk ke pasaran dengan harga yang lebih murah, dan kualitasnya lebih baik," kata Aziz. Karena itu, lanjutnya, jangan kaget, kalau hal itu bisa semakin mempercepat kematian usaha home industry milik orang kecil seperti dirinya.

Namun, meskipun sedang tidak melakukan proses produksi, para karyawan yang bekerja pada Aziz, tetap saja masuk kerja seperti biasanya. Mereka melakukan aktivitas kerja, selain aktivitas produksi. "Diantaranya adalah memperbaiki alat-alat yang rusak, ataupun hanya menjemur tepung yang sudah jadi seadanya, dan kemudian dipasarkan," paparnya.


Rabu, 01 Februari 2012

Kaos Keren: Menantu Ideal Adalah Seorang Wartawan


Ini adalah kaos yang menurutku paling keren sepanjang masa dan didunia



Keren kan??? :D

Hari Susilo-Rina Damayanti, Pasangan Aktivis Pendidikan Anak Diusir dari Sekolah, Rina Diberhentikan sebagai Guru

Pada tahun 2011 lalu, di Gresik sempat diguncangkan dengan sebuah kasus pengusiran seorang murid, yang dilakukan salah satu SD di Gresik. Murid itu diusir hanya lantaran dianggap terlalu hiperaktif. Padahal, sempat beredar kabar, jika murid ITU diusir sebenarnya karena sikap orang tuanya yang terlalu kritis terhadap pendidikan di Gresik. Benarkah?




ORANG tua dari murid yang harus merasakan pahitnya diusir dari sekolah itu, adalah pasangan Hari Susilo (36), dan Rina Damayanti (38). Pasutri yang keduanya merupakan aktivis pendidikan di Gresik ini, sering mengalami pahitnya tekanan yang mereka terima, karena sikapnya yang dianggap terlalu kritis terhadap pendidikan di Gresik.

Mereka pun memahami jika segala bentuk tekanan yang menimpa mereka, merupakan sebuah konsekuensi logis dari bentuk perjuangan. Bahkan, selain diusirnya anak mereka dari sekolahnya, anaknya juga sempat hampir tidak diterima oleh sekolah baru, pasca kasus pengusiran tersebut.

“Waktu itu sih katanya anak saya kelewat hiperaktifnya, jadi mereka tidak mau menerima anak saya,” kata Hari. Namun, Hari tidak mempercayai alasan yang dikemukakan pihak sekolah itu.

“Karena tes psikologi saja belum dilaksanakan, kok sudah mengetahui kalau anak saya itu hiperaktif?” tanya Hari. Selain itu, Hari sendiri juga sempat mendengar kabar, jika
pihak sekolah menolak anaknya, karena ada isu yang mengatakan dirinya dan istrinya selalu mengkritisi sekolah anaknya.

Selain dikeluarkannya anaknya dari sekolahnya, sang istri Rina Damayanti juga pernah dikeluarkan dari sekolah, tempatnya bekerja, karena memprotes kebijakan sekolah yang dirasanya tidak adil. Saat itu, Rina melakukan protes atas minimnya gaji yang diterima oleh guru tidak tetap di sekolahnya. “Saat itu guru tidak tetap hanya digaji sebesar 45 ribu per bulan saja,” ungkapnya.

Akibat sikap kritisnya itulah, akhirnya Rina dikeluarkan dari sekolah. “Namun, saat itu alasannya saya tidak menguasai bahasa Jepang, yang merupakan syarat untuk mengajar
di sekolah itu,” terangnya. Mendengar alasan itu, Rina memutuskan untuk mengambil kursus bahasa Jepang. Akan tetapi, pada saat dia telah menguasai bahasa Jepang, dan ingin kembali mengajar di sekolah itu, pihak sekolah tetap menolaknya.

Oleh karena itulah, Rina beserta suaminya pun memutuskan terus mengabdikan hidupnya untuk selalu mengawasi sistem pendidikan, khususnya yang ada di Gresik. Saat ini mereka berdua tergabung dalam sebuah LSM Pendidikan Aliansi Peduli Pendidikan Anak (APPA). Di APPA baik Hari maupun Rina, sering mengkritisi pendidikan di Gresik yang dianggapnya tidak sehat. Bahkan, saat ini dirinya sering melakukan komunikasi dengan Nyonya Siami, seorang pembongkar kasus contekaan missal di SD Gadel pada tahun 2011 lalu.

Pasutri yang sebelumnya menjadi guru ini, pada saat ini sudah tidak menjadi guru lagi. “Ya... karena memang sistemnya seperti itu, bagi mereka yang kritis akan selalu disingkirkan,” ujarnya. Untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, keduanya kini membuka sebuah usaha kecil, makanan khas Gresik.

Kini mereka memiliki sebuah harapan mengenai pendidikan di Gresik. “Saya ingin membongkar sistem pendidikan di Gresik yang memang tak beres. Sebab, masih banyak sekali ketidakadilan dari sistem pendidikan yang ada di Gresik ini,” tegas Rina.

About

Planet Blog

PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia

Indonesian Blogger