Pages

Rabu, 01 Februari 2012

Hari Susilo-Rina Damayanti, Pasangan Aktivis Pendidikan Anak Diusir dari Sekolah, Rina Diberhentikan sebagai Guru

Pada tahun 2011 lalu, di Gresik sempat diguncangkan dengan sebuah kasus pengusiran seorang murid, yang dilakukan salah satu SD di Gresik. Murid itu diusir hanya lantaran dianggap terlalu hiperaktif. Padahal, sempat beredar kabar, jika murid ITU diusir sebenarnya karena sikap orang tuanya yang terlalu kritis terhadap pendidikan di Gresik. Benarkah?




ORANG tua dari murid yang harus merasakan pahitnya diusir dari sekolah itu, adalah pasangan Hari Susilo (36), dan Rina Damayanti (38). Pasutri yang keduanya merupakan aktivis pendidikan di Gresik ini, sering mengalami pahitnya tekanan yang mereka terima, karena sikapnya yang dianggap terlalu kritis terhadap pendidikan di Gresik.

Mereka pun memahami jika segala bentuk tekanan yang menimpa mereka, merupakan sebuah konsekuensi logis dari bentuk perjuangan. Bahkan, selain diusirnya anak mereka dari sekolahnya, anaknya juga sempat hampir tidak diterima oleh sekolah baru, pasca kasus pengusiran tersebut.

“Waktu itu sih katanya anak saya kelewat hiperaktifnya, jadi mereka tidak mau menerima anak saya,” kata Hari. Namun, Hari tidak mempercayai alasan yang dikemukakan pihak sekolah itu.

“Karena tes psikologi saja belum dilaksanakan, kok sudah mengetahui kalau anak saya itu hiperaktif?” tanya Hari. Selain itu, Hari sendiri juga sempat mendengar kabar, jika
pihak sekolah menolak anaknya, karena ada isu yang mengatakan dirinya dan istrinya selalu mengkritisi sekolah anaknya.

Selain dikeluarkannya anaknya dari sekolahnya, sang istri Rina Damayanti juga pernah dikeluarkan dari sekolah, tempatnya bekerja, karena memprotes kebijakan sekolah yang dirasanya tidak adil. Saat itu, Rina melakukan protes atas minimnya gaji yang diterima oleh guru tidak tetap di sekolahnya. “Saat itu guru tidak tetap hanya digaji sebesar 45 ribu per bulan saja,” ungkapnya.

Akibat sikap kritisnya itulah, akhirnya Rina dikeluarkan dari sekolah. “Namun, saat itu alasannya saya tidak menguasai bahasa Jepang, yang merupakan syarat untuk mengajar
di sekolah itu,” terangnya. Mendengar alasan itu, Rina memutuskan untuk mengambil kursus bahasa Jepang. Akan tetapi, pada saat dia telah menguasai bahasa Jepang, dan ingin kembali mengajar di sekolah itu, pihak sekolah tetap menolaknya.

Oleh karena itulah, Rina beserta suaminya pun memutuskan terus mengabdikan hidupnya untuk selalu mengawasi sistem pendidikan, khususnya yang ada di Gresik. Saat ini mereka berdua tergabung dalam sebuah LSM Pendidikan Aliansi Peduli Pendidikan Anak (APPA). Di APPA baik Hari maupun Rina, sering mengkritisi pendidikan di Gresik yang dianggapnya tidak sehat. Bahkan, saat ini dirinya sering melakukan komunikasi dengan Nyonya Siami, seorang pembongkar kasus contekaan missal di SD Gadel pada tahun 2011 lalu.

Pasutri yang sebelumnya menjadi guru ini, pada saat ini sudah tidak menjadi guru lagi. “Ya... karena memang sistemnya seperti itu, bagi mereka yang kritis akan selalu disingkirkan,” ujarnya. Untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, keduanya kini membuka sebuah usaha kecil, makanan khas Gresik.

Kini mereka memiliki sebuah harapan mengenai pendidikan di Gresik. “Saya ingin membongkar sistem pendidikan di Gresik yang memang tak beres. Sebab, masih banyak sekali ketidakadilan dari sistem pendidikan yang ada di Gresik ini,” tegas Rina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Planet Blog

PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia

Indonesian Blogger