Pages

Rabu, 16 Februari 2011

Topiku Harganya “RP 202.000”


Pagi yang cukup menyengat di saat perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 1432….

Temanku Fajar menjemputku sekitar 8 pagi di rumahku. Kami berencana menuju Tugu Pahlawan pagi itu. Aku dan dia memiliki rencana ke Tugu Pahlawan, sebenarnya untuk melihat berbagai symbol-simbol Yahudi yang ada di kawasan itu, baik tugunya sendiri ataupun museumnya. Maksudnya sih pengen jadi peneliti symbol-simbol Yahudi kayak Ben Gates yang ada di National Treasure, he he he…..

Setelah sarapan sebentar di rumahku, maka aku dan Fajar pun langsung menuju ke TKP. Meskipun masih terbilang pagi, namun matahari cukup gagah menyengat kulitku. Sekitar setengah jam Honda Beat Fajar mengantar kami berdua, menuju Tugu Pahlawan. Dan sampailah kami di tugu kebanggaan warga kota Surabaya.

Di sana kami langsung di sambut dengan puluhan pedagang pasar kaget yang menggelar dagangannya. Kami pun memparkir motor Beat Fajar. Setelah menitipkan motor warna biru itu, kami pun langsung jalan-jalan memutari pasar kaget yang mengelilingi sisi luar halaman tugu pahlawan itu.

Banyak sekali penjual yang ada di sana, mulai dari penjual baju anak-anak, dewasa, makanan, baju bekas, hewan peliharaan seperti kelinci, poster para bintang, peralatan rumah tangga, serta masih banyak yang lainnya.

Setelah agak lama mengitari pasar kaget tersebut, maka perhatianku pun tertuju pada salah seorang penjual topi. Aku tertarik untuk melihatnya, karena dua alasan, yang pertama aku belum memiliki topi, dan yang kedua karena aku memang ingin membeli topi. Salah satu topi yang ingin aku beli adalah topi model baret, atau topi yang biasa dipakai oleh sutradara atau pelukis. Dan kebetulan sekali, ternyata topi yang aku cari ada disana.

Aku pun seolah tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, karena aku merasa sangat sulit sekali mendapatkan topi itu, dan begitu mengidamkan topi itu. Tanpa panjang lebar lagi, aku pun segera menanyakan harga topi warna merah itu. Sang pedagang itu menyebutkan kalo harganya 20 ribu. Lalu aku pun menawarnya 10 ribu. Tapi karena ndak dikasih, aku langsung menaikkan tawaranku menjadi 15 ribu. Lalu sang penjual meminta agar aku menaikkan tawaranku menjadi 17 ribu. Tapi aku menolak. Dan akhirnya dapatlah aku topi itu dengan harga 15 ribu.

Aku pun senang bukan kepalang mendapatkan topi itu dengan harga 15 ribu saja, karena sebelumnya aku juga pernah berniat membeli topi seperti itu juga, namun sang penjual memasang harga 35 ribu, dan aku pun tidak jadi membelinya.

Namun dibalik kepuasan, selalu ada pengorbanan. Karena aku sadar, bahwa ternyata bagian bawah tas ranselku telah robek, semacam bekas sayatan silet. Mungkin ada orang yang berniat mencuri isi tasku dari bawah. Aku pun langsung mengumpat dengan bahasa Inggris (sok gaul gitu…), “What the f*ck off, oh f*cking shit”. Benar-benar kacau mulutku saat itu. Tapi untung aja aku ndak misuh cara Suroboyoan.

“Gila, apa orang itu ndak tau aku lagi bokek?”. “Apa dia juga ndak tau kalo tas ini masih terbilang baru dan kubeli dengan menguras sedikit air mata dan gajiku yang pas-pasan?”.

Aku pun hanya bisa meratapi nasibku ini (lebay banget…). Ternyata untuk membeli topi itu, tidak hanya cukup dengan uang 15 ribu saja, namun tasku juga harus menjadi korban juga. Berarti untuk mendapatkan topi itu, aku harus mengeluarkan uang sebanyak 202 ribu rupiah, karena tas itu aku beli dengan harga 187 ribu rupiah, hiks….hiks….hiks….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Planet Blog

PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia

Indonesian Blogger