Pages

Sabtu, 03 April 2010

Rantai Tak Terputus Terorisme

Pasca peristiwa bom bali yang terjadi pada tahun 2002, Indonesia seolah – olah tidak pernah lepas dari permasalahan terorisme. Banyak sekali rentetan peristiwa yang terjadi terkait peristiwa terror bom ini. Mulai dari peristiwa peledakan bom di JW Marriot 1, bom bali 2, teror di kedutaan Australia, hingga yang paling terakhir adalah terjadinya peristiwa teror bom yang terjadi pada Juli 2009 lalu.

Tentu saja peristiwa itu membuat Indonesia tidak mendapatkan kepercayaan dunia dalam rangka menjaga kedaulatan wilayahnya dari serangan teror bom tersebut. Banyak sekali dampak dari peristiwa – peristiwa tersebut, diantaranya adalah adanya travel warning dari dunia Internasional kepada warga negaranya agar tidak berkunjung ke Indonesia, lalu menurunnya kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia terkait sektor ivestasi.

Mungkin hal yang paling mencengangkan kita saat ini adalah, bahwa Indonesia pada saat ini telah dijadikan kamp latihan oleh para teroris tersebut. Mereka menjadikan Indonesia sebagai kamp latihan layaknya tempat – tempat yang lain, seperti Mindanao, Afghanistan, Pakistan. Mereka memilih Indonesia sebagai tempat baru bagi kamp latihannya karena menganggap Indonesia sebagai sebuah negara yang memiliki posisi strategis. Jika ditinjau dari sudut geografis, Indonesia memang memiliki posisi yang strategis, yaitu terletak diantara dua samudra dan dua benua, serta memiliki Selat Malaka yang sangat ramai sekali sebagai lalu lintas laut.

Semua itu merupakan peristiwa yang cukup memberikan pukulan bagi Indonesia akibat terjadinya terorisme. Agar peristiwa tersebut tidak berlarut – larut cukup lama, maka pemerintah Indonesia pun melakukan berbagai tindakan yang dirasakan perlu guna menanggulangi permasalahan terorisme ini. Mulai dari penyebaran gambar wajah para pelaku, pemberian hadiah bagi masyarakat yang memberikan informasi tentang keberadaan teroris tersebut, hingga aksi pengepungan dan penembakan dengan para teroris tersebut pun juga terjadi bak sebuah adegan dalam film action.

Perlu Tindakan Persuasif

Tindakan antisipatif dari pemerintah seperti yang telah kita sebutkan diatas pasca terjadinya peristiwa teror bom tersebut mungkin ada benarnya juga. Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menumbuhkan kembali kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia. Pemerintah Indonesia beralasan bahwa tindakan terorisme harus dicabut dari akar – akarnya, hingga tidak ada lagi bibit terorisme yang akan lahir kembali di Indonesia.

Akan tetapi sadar atau tidak, penanganan dan penanggulangan terhadap ancaman terorisme yang berlebihan justru akan semakin membuat suasana Indonesia jauh dari kesan aman dan nyaman. Misalnya saja, dengan semakin banyaknya penempelan poster yang berisi dengan gambar wajah para teroris tersebut, maka akan membuat suasana semakin “angker” saja. Selain itu dalam beberapa media juga disebutkan bahwa, kebanyakan mereka yang diduga atau yang menjadi tersangka teroris, memiliki beberapa sifat yang menurut kebanyakan orang adalah sifat – sifat yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa ini, misalnya sopan, suka membantu tetangga, sering memakmurkan tempat ibadah, atau bahkan dari kalangan terpelajar. Maka apabila hal ini diteruskan tentu saja hal tersebut dapat merubah tatanan sistem yang selama ini terbangun di masyarakat menjadi rusak. Karena setiap orang yang jika berperilaku baik tadi dapat dicurigai sebagai pelaku teroris, maka bisa saja orang akan lebih cenderung untuk memilih berperilaku yang bertentangan dengan norma masyarakat.

Selain melihat dari sisi masyarakat, maka kita juga harus melihatnya dari sisi keluarga para pelaku. Keluarga yang ditinggalkan, terutama mereka yang telah memiliki anak, tentu saja akan merasa sangat terpukul dan sakit hatinya ketika ayah atau saudara mereka telah dicap sebagai pelaku teroris. Satu hal yang perlu dipikirkan oleh kita semua adalah, bahwa mereka tentu saja tidak akan rela jika anggota keluarga dicap sebagai teroris. Selain itu gencarnya publikasi media tentang bahaya terorisme dan penayangan televisi yang berisi adegan penangkapan terhadap anggota keluarga mereka, tentu saja tidak akan membuat mereka bisa menerima cap tersebut. Hal tersebut justru akan semakin meyulut api kebencian mereka terhadap pemerintah. Sehingga hal ini justru akan menciptakan pengkaderan para pelaku teroris secara tidak langsung. Tentu saja hal ini dapat terjadi karena selain alasan ideologi seperti yang selama ini sering kita dengar, alasan dendam kepada pemerintah juga dapat menyulut terjadinya hal tersebut.

Oleh karena itu dari sini perlu bagi pemerintah dan kita semua untuk memikirkan cara persuasif kepada keluarga para pelaku tindakan teror tersebut dalam rangka melakukan tindakan pencegahan terhadap aksi terorisme. Mungkin salah satu hal konkrit yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan cara merangkul keluarga yang ditinggalkan oleh para pelaku teroris tersebut, misalnya dengan cara memberikan sedikit materi atau beasiswa bagi anak – anak mereka, sembari memberikan sedikit penjelasan kepada mereka untuk memahami tindakan pemerintah terhadap keluarga mereka yang tersangkut masalah terorisme tersebut. Sebenarnya selain cara tersebut, mungkin masih banyak cara persuasif lainnya yang dapat kita lakukan. Dari sini diharapkan kita dapat memutus rantai terorisme di Indonesia. Sehingga harapan kita dalam menaggulangi tindakan terorisme hingga ke akar – akarnya benar – benar akan terwujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Planet Blog

PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia

Indonesian Blogger