Pages

Minggu, 30 Agustus 2009

Hilangnya Kearifan Lokal Masyarakat Pasca Teror Bom

Aksi terror bom pada beberapa hari yang lalu rupanya telah membawa beberapa dampak dalam kehidupan masyarakat kita. Pasca terjadinya aksi terror tersebut aparat keamanan kita memang seolah – olah tidak ingin kecolongan lagi, maka berbagai tindakan antisipatif pun banyak dilakukan. Mulai dari pemasangan pamphlet – pamphlet yang memampang wajah orang yang dianggap buronan, memasang iklan di televisi agar masyarakat waspada, hingga menangkap orang – orang yang dicurigai oleh pihak kepolisian.
Sekilas mungkin ini adalah sebuah tindakan yang wajar – wajar saja. Karena dalam rangka menciptakan keamanan serta stabilitas nasional memang diperlukan hal yang seperti ini. Akan tetapi apabila kita amati dan kaji ulang, maka tindakan – tindakan yang seperti ini seolah – olah mengingatkan pada peristiwa G 30 S/PKI pada tahun 1965. Dimana pada saat itu situasi kemanan kita begitu mencekam.
Sebenarnya keadaan yang mencekam yang seperti ini justru diciptakan oleh Negara sebagai pelindung masyarakat. Dalam hal ini seharusnya dapat memberikan kenyamanan kepada masyarakatnya agar mereka dapat hidup dengan nyaman dan aman tanpa diskriminasi. Tempelan – tempelan poster yang dipasang oleh pihak kemanan justru akan menimbulkan suasana menjadi tidak nyaman. Selain itu hal yang seperti ini justru akan mencitrakan bahwa kondisi Negara sedang tidak aman, dan menunjukkan kegagalan dari kinerja aparat kepolisian kita karena tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Selain itu hal ini juga cenderung akan menimbulkan tindakan semnbrono dari pihak kepolisian, karena mereka seringkali melakukan salah penangkapan. Hanya bermodalkan sedikit kecurigaan, maka polisi berhak menangkap orang yang dicurigai tersebut tanpa melakukan pengamatan yang dalam terlebih dahulu.
Bahkan hal ini pun juga berdampak pada psikologis masyarakat. Masyarakat Indonesia yang dulu adalah sebuah masyarakat yang dikenal ramah tamah, kini berubah menjadi masyarakat yang saling mencurigai satu sama lainnya. Ketika melihat tetangganya yang cenderung pendiam, taat beribadah, serta terpelajar, maka masyarakat kita pun menaruh kecurigaan. Kecurigaan tersebut akan semakin hebat ketika orang tersebut berjenggot, berdahi jitam, memakai celana diatas mata kaki untuk laki – laki, dan berjilbab lebar serta bercadar untuk seorang wanita.
Apakah kondisi yang seperti ini memang sengaja diciptakan oleh orang – orang yang merekayasa ini semua? Tentu saja jawabannya adalah ya. Tapi tentunya kita tidak mengetahui siapakah yang merekayasa ini, apakah pihak asing yang tidak suka terhadap kemanan di negeri ini, atau justru orang – orang yang sangat diuntungkan ketika negeri ini tidak aman, karena mereka mendapatkan pekerjaan.
Mungkin dari sini kita bisa sedikit menarik sebuah intisari, bahwa seharusnya hal – hal yang seperti ini tidak perlu terjadi di dalam masyarakat. Karena tentu saja dalam hal ini masyarakat kitalah yang paling dirugikan oleh situasi yang seperti ini. Budaya – budaya kearifan local mereka dalam suasana kehidupan yang guyub rukun harus diganti dengan sifat saling mencurigai satu sama lain. Terlebih lagi yang mereka curigai adalah mereka yang mungkin dianggap memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, serta mereka yang dianggap taat dalam menjalan kehidupan agamanya. Seharusnya pihak aparat kemanan mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi masyarakat, bukan malah sebaliknya mereka menimbulkan suasana yang mencekam dengan memperbanyak foto – foto orang yang dianggap sebagai teroris. Apabila hal ini dilanjutkan, maka dapat dikatakan bahwa Negara ini telah gagal dalam menciptakan suasana aman dan nyaman yang diidam – idamkan oleh masyarakatnya. Terlebih lagi dalam menciptakan suasana kemanan yang tanpa sikap diskriminatif kepada golongan apapun, tanpa membeda – bedakan berdasarkan latar belakang tertentu baik suku, agama, maupun ras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Planet Blog

PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia

Indonesian Blogger