Pages

Selasa, 20 Maret 2012

Suliyanto Pengamen Keyboardis: Spesialis Lagu Koes Plus Mangkal di Perempatan Kebomas

Saat lampu merah menyala di perempatan Kebomas, samar-samar terdengar instrumen lagu Kapan- Kapan yang dipopulerkan Koes Plus. Tak ada nyanyian hanya terdengar alunan nada keyboard dimainkan lelaki tua di bawah lampu trafic light. Dia adalah Sulianto, pengamen tua yang sering dijumpai di perempatan Kebomas, tiga tahun terakhir. Siapakah dia sebenarnya, berikut kisahnya.

Courtessy: Radar Surabaya 20 Maret 2012

Jika anda melintas di Jl Wahidin Sudirohusodo, tepatnnya di persimpangan Kebomas, maka anda akan menjumpai seorang pengamen yang cukup unik. Pengamen tersebut cukup unik, karena selain dari sisi pakaiannya yang masih modis walaupun sudah tidak berusia muda lagi, ia juga menggunakan alat musik berupa organ. Lantas siapakah dia?

Namanya adalah Suliyanto (62). Pria asal Wonokromo Surabaya ini, biasanya memulai pekerjaannya untuk mengamen di persimpangan Kebomas, sekitar pukul 15.00 sore, hingga pukul 22.00 malam.

Suliyanto mengaku senang melakukan pekerjaannya sebagai pengamen karena hal itu bisa memberikannya hiburan. “Saya bisa menyanyi sambil menghibur diri sendiri dan orang lain,”tuturnya dengan wajah yang selalu terlihat tersenyum ramah.

Wajar saja jika Suliyanto mengaku dirinya mengamen karena untuk mencari hiburan, karena sebelumnya dirinya memang pernah menjadi salah seorang pemain band. Bapak 2 orang anak, dan kakek 3 orang cucu ini mengatakan, dirinya pernah menjadi personal sebuah band kecil di Surabaya pada tahun 1970 hingga 1974. Menurut pengakuan Suliyanto, band tersebut pada eranya sering dipanggil untuk manggung di daerah Wijaya Kusuma Surabaya.

“Waktu itu saya memegang posisi gitar rhytm,”ucapnya. Makanya tidak perlu heran, jika
pada saat mengamen, Suliyanto terlihat sangat mahir memainkan lagu-lagu dari Koesplus seperti Kolam Susu, ataupun band legendaris asal Inggris The Beatles.

Namun, perjalanan karir sebagai pemain band dari Suliyanto pun tidaklah berjalan mulus. Pada tahun 1974, bandnya bubar, dikarenakan sudah sangat jarang sekali manggung. Akibatnya, Suliyanto pun harus mencari pekerjaan lain untuk menyambung hidupnya. Dia pun melakukan apa saja, asalkan masih bisa mencari sesuap nasi. “Apa saja yang penting halal,”ungkapnya.

“Ya walaupun kadang-kadang masih suka ngeband. Tapi terakhir kali saya ngeband pada tahun 1981,”imbuhnya.

Salah satu pekerjaan yang dipilih oleh Suliyanto pun adalah dengan menjadi penjual tanaman. “Waktu itu kan lagi ramai- ramainya tanaman bonsai,” kata Suliyanto. Akan tetapi, menjalani hidup sebagai seorang penjual tanaman rupanya juga masih belum bisa membuat Suliyanto lupa akan naluri musiknya. Suliyanto pun akhirnya memutuskan untuk seorang pengamen pada tahun 2009, dengan menggunakan organ.

Suliyanto mengaku, saat memutuskan untuk mengamen, dirinya sempat dilarang oleh anak-anaknya. “Katanya, mending jangan pak,”ucapnya. Akan tetapi, karena kecintaannya pada musik sudah sangatlah melekat, akhirnya ia pun nekat melakukan pekerjaan itu.

Selain karena kecintaannya pada musik, Suliyanto mengungkapkan, dia mengamen karena pada dasarnya dia juga tidak ingin menggantungkan hidupnya pada kedua anaknya. “Lumayanlah, sehari saya bisa mendapatkan sekitar Rp 50 ribu,”tuturnya.

Suliyanto juga menuturkan, selain mengamen di Gresik, ia pun juga pernah mengamen di beberapa kota lainnya. “Ya saya pernah ngamen di Jogja dan Solo,”ungkapnya sambil terus menampakkan wajah sumringahnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Planet Blog

PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia

Indonesian Blogger